14 Oktober 2019

Divi 4.0 is coming in a few more days

https://www.elegantthemes.com/4


More Than Just a Page Builder

Right now the Divi Builder is limited to page content, but the upcoming Divi Theme Builder will change that. With the Theme Builder, you will be able to use the Divi Builder to customize every part of your website!

Custom Headers & Footers

Tired of the standard Divi Theme header and footer? With the Theme Builder, you will be able to create completely custom headers and footers using the Divi Builder and all of its amazing modules and customization options. The possibilities are endless!

Site-Wide Post Templates

Want to control how your blog posts or product pages are structured across your entire website? Instead of editing each post, the Theme Builder will allow you to create site-wide post templates. Edit them once and customize the design of every post on your website at once!

And More...

The Divi Theme Builder takes the power of the Divi Builder and unleashes it. With the Theme Builder, you will be able to customize everything: Headers, footers, post templates, product templates, category pages, shop pages, 404 pages and more. Create unique designs for each part of your website using conditional logic and do it all from a super slick new Theme Builder interface. We know every Divi user is going to love it!

10 Oktober 2019

Cosplay di Gereja

Saya merasa resah dengan ajakan untuk berpakaian tertentu saat menghadiri kebaktian tertentu. Ini mungkin tidak dialami oleh semua aliran Kristen. Mungkin ini hanya gerejaku saja. Ya buat kalian yang tidak atau belum mengalami, silakan dibaca untuk referensi di masa depan.

Sebetulnya sudah bertahun-tahun di GKI Bintaro Utama mengadakan kebaktian Bulan Budaya, dan setahuku banyak GKI yang juga melakukannya. Selama sebulan itu (4x hari Minggu), semua petugas kebaktian (eh maaf, maksudnya pelayan kebaktian, biar keliatan lebih rohani) menggunakan baju tradisional adat tertentu. Misalnya minggu pertama adat Betawi (Jakarta), lalu minggu kedua adat Jawa, lalu minggu ketiga adat Papua, lalu minggu keempat adat Minangkabau. Tidak sekadar pakaian para pelayan kebaktian saja, tapi ada tari-tarian adat mendahului prosesi umat masuk yang diwakili Pendeta dan Penatua. Selain itu, ada juga makanan khas daerah yang dirayakan tersebut dijual di halaman gereja, bisa dibeli sesudah kebaktian. Gereja mencari dana, sekalian yang jualan mencari duit *sigh..
Yang saya perhatikan berbeda adalah:
- Ada lagu dalam bahasa daerah yang dinyanyikan. Sayang tidak ada terjemahan bebasnya sehingga jemaat sekadar menyanyi dalam bahasa daerah tanpa mengerti makna dari lirik lagu tersebut.
- Hal yang lain lagi adalah posisi duduk PNJ (Pemandu Nyanyian Jemaat) atau tim Singers yang tadinya duduk menyamping, kini berani duduk di depan pemusik, menghadap jemaat.
- Pernah suatu kali kasih masukan ke Pendeta, "Kita pakai bermacam pakaian adat, tapi kok tidak disebut di Doa Syafaat? Bagaimana kalau sekalian mendoakan daerah tersebut." Usul itu disambut baik dan diterima. Syukurlah, puji Tuhan. Rasanya usulan ini cukup pantas, mengingat yang diberi nuansa adat ini adalah sebuah kebaktian bukan pesta atau perayaan lain jadi sebaiknya nuansa adat terhubung dengan tata ibadah (liturgi) secara menyeluruh.

Bulan Oktober dirayakan sebagai Bulan Keluarga. Minggu besok GKI Bintaro Utama akan merayakan ulang tahun dengan dresscode "Belagak Jadoel" dimana panitia mengharapkan jemaat datang kebaktian dengan kebaya bunga-bunga (wanita) atau kaos putih dengan celana batik (pria). Di rangkaian Bulan Keluarga ada program Sebeseg (sejam bebas gadget) yang menurut saya niatnya bagus karena mendorong keluarga untuk tidak terfokus ke gadget masing-masing dan mulai berkomunikasi. Kelihatannya program inilah yang mendorong adanya dresscode Belagak Jadoel tersebut. Ok, masuk akal. Tanpa gadget, seperti dulu juga belum ada gadget, keluarga bisa ngobrol, senda gurau, dst.

Lanjut ya. Sekarang kita bahas tema dari Bulan Keluarga yaitu... duh, pakai bahasa latin, gak ingat saya. Dari Warta Jemaat ada penjelasan bahwa temanya berkisar mengenai “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam” (Lukas 5:4). Di sini lah saya kesulitan menghubungkan tema "bertolak ke tempat yang lebih dalam" (yang bisa dimaknai bahwa umat Kristen harus berani, beriman, taat pada perintah Tuhan) dengan pakaian a la jadoel. Sempat berbincang dengan Ketua Panitia Pelaksana, ia pun tidak bisa menjelaskan hubungan tersebut. Saya harus tanya ke Ketua Sie. Acara, begitu katanya. Ya, nanti lah kalau sempat dan kalau niat. Bukannya apa, saya kuatir pertanyaan semacam itu akan membuat mereka tidak suka. Entah tidak suka ditanya, atau merasa saya ini kepo. Tapi saya masih penasaran bagaimana penjelasannya. Tak harus dari aspek teologisnya lah, cukup asal masuk akal saja, itu yang saya butuhkan. Buat apa bermain kostum (cosplay) dalam kebaktian? Bagaimana hal itu menguatkan pesan tema ibadah tersebut? Bagaimana iman jemaat dapat dibangun dengan bermain kostum tsb (baik di Bulan Budaya maupun Bulan Keluarga)?

Seandainya pun jemaat datang berpakaian a la jadoel, lalu apakah jemaat datang kebaktian tanpa gadget? Sampai saat ini tidak ada pesan atau himbauan seperti itu, jadi kemungkinan selama kebaktian jemaat tetap dapat buka sosmed atau cek WA. Oh maaf, terlalu tendensius. Jemaat tetap dapat membuka Warta Jemaat dan Liturgi Ibadah yang disediakan di web gkibintama.org melalui gadget mereka masing-masing. Begitu pula dengan sarana WiFi gratis tetap menyala di lingkungan gereja. Dan juga livestreaming tetap menyala untuk melayani jemaat yang tidak bisa datang secara fisik ke gereja karena berbagai hambatan, seperti kondisi kesehatan atau keluarga yang tidak mendukung imannya atau hal lainnya.

Dengan berpakaian a la jadoel, mungkin setelah ibadah mereka perlu ganti ke "kostum normal" untuk melanjutkan hidup: pergi ke mall, makan siang bareng, pergi arisan keluarga, dst. Saya yang tinggal tak jauh dari gereja sih mungkin tidak merasakan masalah ini, tapi bagi keluarga yang ke gereja dengan kendaraan mobil, akan perlu menyiapkan baju ganti di mobil, antri ganti baju di toilet gereja atau bahkan di mobil, sebelum melanjutkan kegiatan.

Sayangnya saya tidak bisa hadir dalam ibadah 13 Okt mendatang karena ada tugas kotbah di kebaktian remaja GKI Bintaro. Di satu sisi, merasa kebetulan karena saya tidak harus ikut-ikutan cosplay (bermain kostum) dalam kebaktian. Tapi di sisi lain, penasaran juga seberapa banyak jemaat (non-MJ dan pelayan lain) yang ikut cosplay. Oh iya, untung ada livestream jadi bisa lihat rekamannya di YouTube.

Dulu waktu aku remaja banyak orang mencibirku karena datang kebaktian pakai kaos oblong dan sendal jepit. Anak Pendeta kok kebaktian pakai sendal jepit? Gak pantes.. Sekarang kok malah didorong berpakaian jadoel dan bersendal jepit pula. Ah, pusing awak!


---
PS: Saya tidak mengkritik Panitia Bulan Keluarga secara keseluruhan maupun orang tertentu secara personal. Saya hanya mempertanyakan mengenai diadakannya bermain kostum (cosplay) dalam kebaktian di bulan keluarga.

09 Oktober 2019

Review Joker (2019) a la Doktor Psikologi

Ada seorang Psikolog, dia melabel dirinya sebagai Motivator Psikologis no 1 Indonesia Praktisi Pemulihan Jiwa. Kalau dicari di Google, namanya Dr. Dedy Susanto dengan akun IG dan Twitter @dedysusantopj. Ini buktinya:
Seorang Doktor Psikologi! Wow.


Di video berikut ini ia membahas film Joker (2019) yang dibintangi Joaquin Phoenix. Video tersebut diberi judul:

FILM JOKER dan GANGGUAN JIWA dan ALAM BAWAH SADAR


Di deskripsi video, ia menuliskan:
Mohon nonton hingga habis ya baru judgement

Diakhir saya lampirkan profile saya agar kamu tahu bahwa ini bukan asal cuap namun memang pengalaman saya dalam dunia psikologi terutama ilmu-ilmu tentang alam bawah sadar.

Film Joker menurut sudut pandang ilmu psikologi. Joaquin Phoenix

Ternyata kesedihan dan kekecewaan yang terpendamdapat memengaruhi kesehatan jasmani, kebahagiaan, dan rejeki.Ikuti Training yang berisi terapi-terapi psikologis yang melegakan batin, membuang kesedihan / kekecewaan terpendam untuk kebahagiaan & rejeki.

LAPANG HATI akan LAPANG REJEKI. Training Magnet Keajaiban

PALEMBANG wa nama#13okt ke 0817 030 19000
JAKARTA     wa nama#19okt ke 0857 11 29 3000       
BANDUNG     wa nama#20okt ke 0811 98 000 56 

(---saya potong. masih banyak kota lain dan juga luar negeri tempat ia mengadakan training---)

Masalahnya adalah ia memberikan pernyataan yang tidak ada di film Joker. Menurut saya hal ini adalah pembohongan dan pembodohan publik. Berikut ini tanggapan saya, termasuk kutipan transkrip apa yang ia katakan:
Mas udah nonton film Joker (2019) apa belom sih?
Nonton dulu sana! Hari kerja murah kok cuma 30-35rb.

1. Di menit 03:15 anda bilang "ada banyak scene, ada tayangan dimana dia diminta harus tersenyum, harus tertawa, harus keliatan bahagia"
Gak ada yang kaya gitu! Yang ada adalah Arthur punya kelainan perbedaan ekspresi dengan emosi, ketika ia merasa tertekan ia malah tertawa. Ia berusaha menutup mulut supaya tidak disalahartikan orang lain.

2. Di menit 03:33 anda bilang "ada beberapa tayangan yang dimana Joker mulai beraksi dan beberapa orang juga terpengaruhi untuk melakukan suka-sukanya dia. ah sudahlah gak ada yang peduli gue, gak ada yang menghormati gue. mau jahat, jahat sekalian."
Ngawur bos! Massa bertindak karena situasi di Gotham yang udah kacau, carut marut. Arthur (Joker) bukan penyebab, hanya pemicu.

3. Di menit 04:17 anda bilang "dan khusus kita yang masih stabil jiwanya, menonton ini membuat kita tuh jadi agak parno, membuat kita negative thinking, ada nuansa gak enak di otak kita. dan ngerinya ada perbendaharaan ooh boleh ternyata kalau gak dihargai, kita boleh tidak menghargai balik. ooh boleh kalau dijahati, boleh ngejahati balik."
Parah boss! Yang bilang kalo dijahati boleh membalas itu agama, bukan film Joker. Film Joker ini bukan film tentang balas dendam seperti jutaan film Hollywood dan jutaan film Hong Kong dan jutaan film Bollywood lain. Arthur menemui Thomas Wayne di WC untuk meminta pengakuan bahkan ia tidak berniat membunuhnya. Yang membunuh Thomas Wayne dan istrinya itu digambarkan orang lain, bukan Joker.

4. Di menit 05:30 anda bilang "tapi batin makanannya dari mana? Dari mata dan telinga. Kalau kita gak jaga gerbang ini, ngeri banget lho"
Nah itulah makanya anda jangan menakut-nakuti masyarakat dengan membuat review ngawur ini. Anda sedang meracuni masyarakat dengan pendapat negatif yang salah. Saya katakan salah karena yang anda bilang itu tidak sesuai dengan film Joker (2019). Itu terjadi karena anda belum nonton tapi sudah kasih "pendapat profesional" (sesuai profesi anda: psikolog), karena belum nonton jadinya ngelantur dan ngawur!

5. Di menit 05:44 anda bilang "saya aja yang sudah mendalami psikologi, udah agak ngerti soal psikologi, udah lama mendalami psikologi. Lihat teasernya saja tuh.. eh kaya.. ikutan tenggelam, ngeri banget! Gimana ceritanya dengan orang2 yang awam psikologi? itu lebih terhipnotis itu..."
Wah bener dugaan saya, anda cuma nonton teasernya doang lalu berani ngomong panjang lebar mengenai film Joker dan dampaknya bagi masyarakat. Kalau anda benar-benar seorang Psikolog, sebaiknya anda tetap di ranah pengetahuan anda saja, jangan menyebarkan opini-opini pribadi yang dapat memicu paranoia masyarakat!

TANYA: Kalau yang punya gangguan psikologis gak boleh nonton film Joker, lalu boleh gak nonton sinetron yg berisi orang selingkuh, mertua menekan menantu, dll?

Review ngawur ini akan membuat orang membicarakan film Joker dan film ini makin populer, sebagian lain makin penasaran dan pergi nonton. Itu jadi $$$ untuk DC Films dan mereka berterima kasih pada anda...

Komentar akan dilanjut, jika dipandang perlu :)

Abadikan Kenangan di Sekolah Melalui Fotografi

Kenangan adalah bagian integral dari perjalanan pendidikan kita. Dari berbagi tawa dengan teman-teman sekelas, sampai penyelesaian studi dan...