24 Juni 2020

Memenuhi Kebutuhan

Kita punya banyaaaaak kebutuhan dalam hidup. Sepanjang hidup, kita selalu berusaha memenuhi kebutuhan2 tsb. Kerja jauh dari rumah dan dapat uang segunung, tetap gak bahagia, ternyata karena kebutuhannya ternyata bukan (hanya) uang. Udah kawin, kemudian cerai. Banyak alasannya, panjang ceritanya. Ternyata, intinya adalah ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menjadi biang masalah akan susah terungkap tapi justru gejala dan kejadiannyalah yang panjang dan diulang-ulang.
Masalah klasik dari umat manusia adalah ia bisa melihat hal kecil di kawannya tapi tak bisa melihat hal besar pada dirinya sendiri. Ia bisa menganalisis, mengomentari, mengkritik orang lain tapi cenderung tak mengenal dirinya sendiri. Banyak orang tak tahu apa yang dibutuhkannya. Kalaupun tahu, ia tidak bisa mengkomunikasikan kebutuhannya supaya kebutuhannya itu terpenuhi.
Dimana ada masalah, di situ ada peluang. Di sinilah peluang bagi konselor, psikolog, pekerja sosial, membantu klien atau konseli mengenali kebutuhannya dan mengkomunikasikan bagaimana supaya kebutuhannya terpenuhi.

Anakku, Pelatihku

Jadi kemarin, tiba-tiba gue niat push up. Ok, enak juga badan jadi segar.
Lalu terlintas gimana kalau dalam konteks parenting dan fatherhood, gue melibatkan anak.
Jadi gue panggil Bhima, "Bhi, mau gak kamu Bapak gaji?"
"Hah, berapa? Ngapain?"
"Jadi gini, Bapak mau niat olah raga. Kamu tugasnya mengingatkan Bapak untuk latihan setiap hari. Pagi atau siang hari. Kalau malam, Bapak udah capek, gak mau olah raga. Sekarang kan tanggal 10 Juni, nanti di akhir bulan Bapak kasih kamu gaji Rp.50.000"
Mukanya langsung kaget sambil senyum. "Waaah Rp.50.000!!!" begitu katanya sambil bersemangat.
"Iya, nanti tanggal berapa ya. Tanggal 25 Juni Bapak kasih gaji kamu, tapi harus kerja dulu yang benar ya. Ingat tugasmu, yaitu mengingatkan Bapak untuk olahraga."
"OK pak. It's a deal!" lalu kita bersalaman.
.
Tujuan gue melakukan itu adalah sebetulnya menanamkan tanggungjawab pada anak dan memberi dia pengalaman bekerja, serta tentunya mendukung gue olahraga.
Bhima itu sebetulnya mirip gue dalam hal selebor, kurang teliti, sering lupa, dst. Dengan diberi tugas untuk mengingatkan dan menjadi Coach bagi bapaknya, diharapkan ia menjalankan tugasnya dengan baik, sambil punya rutinitas baru. Rutinitas ini diharapkan mengikis kebiasaan sering lupanya.
Sejauh ini, gue sangat puas karena Bhima sangat bagus dalam memberi semangat saat gue olahraga.
.
Olahraga yang gue lakukan ini gak rumit kok, hanya pushup dan situp 10x sebanyak 3 set.

Abadikan Kenangan di Sekolah Melalui Fotografi

Kenangan adalah bagian integral dari perjalanan pendidikan kita. Dari berbagi tawa dengan teman-teman sekelas, sampai penyelesaian studi dan...