19 November 2016

Terinspirasi Tukang Cimol

Aku menepikan motorku.
Bentar bang, lihat dulu uangnya ada berapa.
Aku keluarkan ada lima ribuan, dua ribuan, seribuan, masing-masing selembar.
Delapan ribu, bang.
Abang tukang cimol dengan sigap mengambil beberapa butir cimol dan kentang goreng, ditaburi dua sendok bumbu berwarna merah dan sesendok bumbu putih.
Pedas dan manis, begitu katanya.
Emang berapaan bang, satunya?
Ah, saya mah gak hitungan om.
Keletihan, aku duduk di tepi jalan yang tak begitu ramai itu.

Udah lama jualan di sini bang?
Biasanya gak di sini om, biasanya keliling. Kalo pagi di SD negeri sana. Tapi ini baru aja keluar, tadi gak ke SD.
Kenapa gak jualan di SD? Udah banyak sih kali uangnya ya? Aku menggoda.
Ya kalo rejeki mah ada aja, om.

Kalo bikin gini, berapa modalnya ya bang? Dua juta ada kali ya?
Dua juta mah baru gerobaknya aja, om. Belom kompor, gas, motornya.
O gitu, motor bekas empat, lima jutaan ya..
Iya ini beli seken empat setengah.
Motor ada berapa, bang? Iseng aku bertanya.
Ada dua belas om.
Wih, luar biasa, nanti gak terasa nambah jadi lima puluh, tau-tau ada seratus. Aku sok memotivasi dengan cara sok menggurui. Dia hanya tersenyum.

Siapa yang bawa? Saudara?
Iya, om. Ada saudara, ada teman.
Iya bagus itu, harus orang-orang yang dipercaya (aku berlagak menggurui).
Udah lama jualan cimol?
Dari 2012 om, ada empat tahun.
Bagus ya, usaha empat tahun sudah punya dua belas motor.
Iya om, bisa nabung dikit-dikit. Dulu mah saya kerja, tapi kepikiran mau usaha sendiri. Awalnya mah istri saya malah ngancam gak boleh jualan cimol.
Kenapa?
Malu katanya, jualan cimol kan beda sama orang kantoran. Orang kantor kan pakai seragam, kerja di ruangan ber-AC, masuk kerja pagi pulang sore atau malam.
Wah jangan nyindir saya dong, bang.
Maap om, bukan maksudnya gitu. Tapi terus saya mah nekat aja. Keluar kerjaan, padahal udah ada istri, udah ada anak masih kecil. Duit cuma dua juta. Saya pinjem ke temen modal dua juta. Beberapa kali saya coba bikin. Pernah sekali waktu, bikin seember gede lalu saya bagi-bagiin ke tetangga. Tetangga pada bilang enak, kapan jualan? Saya bilang belom lah, belom siap. Tapi kemudian saya jalanin aja. Dalam waktu seminggu, uang pinjeman saya balikin.
Wah bagus banget bisa balikin secepat itu.

Kok bisa uangnya balik secepat itu?
Orang pada gak tau aja kalo saya jualannya dari pagi sampe pagi lagi, tapi itu dulu waktu saya masih muda (padahal baru mulai jualan empat tahun lalu, pikirku). Dulu saya kerja keras banget, pagi ke sekolahan, ke deket danau yang suka banyak orang nongkrong sore-sore, malemnya ke balapan. Pokoknya kemana ada banyak orang lah. Soalnya saya punya cita-cita om. Dulu saya diledekin motornya jelek, butut, terus pas udah kumpul uangnya saya beli Ninja 250cc.
Itu adik-adiknya yang bawa dagangan jadi termotivasi ya, si abang udah punya motor gede?
Iya om, sekarang mereka udah punya motor bagus-bagus, Ninja R, Ninja RR, motor baru semua. Tapi sekarang saya punya impian lain nih, mau beli rumah. Di dekat sini aja. Anak saya baru umur 5 tahun tapi udah gak mau tidur sama saya, sama ibunya. Dia mau punya kamar sendiri. Pokoknya saya mau nabung buat beli rumah.
Emang harga rumah di sekitar sini berapa, bang?
Sekitar tiga ratus-empat ratus jutaan.

Kalau boleh tau nih, gapapa kalo abang gak mau jawab, emang dapetnya berapa sih jualan cimol gini? Kalo karyawan kantor kan tiap bulannya bawa pulang lima-enam juta..
Kalau saya sekarang mah sekitar lima belas.
Hah? (Aku tak sanggup percaya)
Iya, lima belas juta. Itu udah termasuk yang dari motor lainnya. Kalau saya sendiri mah delapan lah, paling pahitnya lima juta.
Glek! Gede amat pendapatan tukang cimol.. Aku berusaha mempertahankan tampang cool-ku
Sehari saya punya target paling nggak bawa pulang seratus ribu. Tapi kalo segitu aja sebenernya gak nutup buat makan, buat jajan anak, buat macem-macem.
Iya ya, bagus punya target harian, target bulanan, sama kaya orang kantoran ya bang.. Senang banget kita bisa ngobrol. Boleh minta no HPnya bang? Siapa tau nanti saya mau ngundang abang ngasih motivasi, semangat buat teman-teman yang belajar bisnis?
Iya boleh om, saya senang kok bisa cerita. Cerita sama om gini energinya positif. Kalau sama orang lain ada yang sirik, yang gak suka, ya saya diem aja. Males. Ini om, nomer saya (sambil ngeluarin smartphone) enol delapan satu .......

*) Namanya Wanto, dari percakapan sekitar lima belasan menit itu aku mendapatkan insight:

  1. Banyak hambatan memulai bisnis (dukungan keluarga, rasa malu, tak tahu memulai, tak punya produk sempurna) tapi harus dimulai.
  2. Manusia punya rasa malu besar, tapi kalau impian kita lebih besar, kita akan mengabaikan rasa malu itu.
  3. Ulet dalam menjalani usaha. Perjuangkan terus di setiap waktu.
  4. Proaktif mengejar semua peluang yang ada.
  5. Ada impian (target) tinggi untuk dikejar.
  6. Memberdayakan relasi, untuk modal, untuk kerjasama, untuk menjadi tim.
  7. Tak ada yang mustahil.
  8. Orang yang kelihatan sederhana (wong cilik) penghasilannya bisa lebih besar dari kita, orang kantoran.
Posting blog ini didedikasikan untuk semua pengusaha ulet, yang dipersonifikasi bagi saya dalam wujud kehadiran mas Wanto. Terima kasih Tuhan untuk pertemuan hari Kamis, 17 November 2016 di daerah Gading Serpong, Tangerang. Selamat berjuang, kawan. Aku bahagia ketika kamu bahagia. Salam sukses.

Jangan Pukul


Bhima sudah kelas 1 SD. Belum lama ini waktu bermain Bhima didorong temannya sampai kakinya terantuk tangga dan luka di dua bagian. Anak yang mendorongnya biasanya kalem. Mbahnya juga bilang bahwa gaya bermainnya Bhima dan teman-teman adalah saling dorong. Sedih juga melihat kondisi seperti ini.
Tapi aku harus berbuat sesuatu.
Bhima mulai diperkenalkan dengan bela diri.
Dalam bela diri, dilatih kuda-kuda. Dengan kuda-kuda yang benar, tidak mudah jatuh.
Selain itu, dengan berlatih bela diri di bawah sadar kita mempunyai pengenalan yang lebih baik tentang diri kita sendiri.
Aku mau memperkenalkannya pada Aikido, ah tapi rasanya kok usia 6 tahun itu masih terlalu muda. Maka aku tidak memasukkan Bhima di les aikido, tapi memperkenalkan hal-hal yang praktis dapat digunakan.
Ikkyo, nikkyo, sankyo. Tiga bentuk kuncian dasar dalam Aikido tadi dipelajari sambil main gulat, sebelum mandi. Hari Sabtu seperti ini memang ideal untuk berkomunikasi dan beraktivitas bersama keluarga.
Bhi, kalau ada temanmu pukul kamu, jangan balas memukul. Meskipun kamu dipukul duluan, bisa saja kamu disalahin, karena kamu juga memukul. Tapi kalau kamu melakukan kuncian sambil bilang, "Tolong jangan pukul aku ya. Aku tidak suka kamu pukul aku. Rasanya sakit kalau dipukul."
Kamu tidak tahu namanya, tidak masalah. Ini tipsnya, pegang di sini dan di situ. Jangan terlalu ke sini. Yak, pas di situ. Jauhkan ke situ, karena kalau dekat dia mudah lepas. Jangan sekadar bentuknya seperti itu, tapi rasakan kunciannya masuk atau tidak. Nih, contohnya... Waktu Bhima aku kunci dan tidak bisa melepaskan diri, dia mengaduh sambil ketawa-ketiwi. Persis waktu aku kecil, ketawa-ketiwi itu tandanya kagum dengan apa yang diajarkan. Mulai dari kagum muncul ketertarikan, semoga ia tekun mendalaminya dan mampu menggunakannya di saat ketika diperlukan.

15 November 2016

Iya, Bapak


Para orang tua berlomba mencetak anak super
Berprestasi tinggi, punya lemari piala
Menguasai semua mata pelajaran
Unggul dalam semua bidang

Buat apa?
Konon, supaya
Karier cemerlang
Punya banyak uang

Sukses di depan mata
Siapa yang tidak senang?
Tapiernyata ujungnya
Kebanggaan orang tua

Bapak berulang kali berpesan pada si anak:
Nak, pintar saja tidak cukup
Yang penting adalah kamu baik hati
Kalau kamu pintar tapi tidak baik hati
Mengerikan, kamu bisa menjadi penjahat sejati
Tapi
Kalau tidak pintar, bagaimana bisa menolong orang lain?
Jadilah anak yang baik, juga pintar

Bhima mengangguk dan menjawab sederhana
Iya, Bapak

Dadaku sesak bahagia
Terima kasih, Tuhan

Abadikan Kenangan di Sekolah Melalui Fotografi

Kenangan adalah bagian integral dari perjalanan pendidikan kita. Dari berbagi tawa dengan teman-teman sekelas, sampai penyelesaian studi dan...