28 Oktober 2016

Main Tebakan

Salah satu kegiatan favorit Bhima menghabiskan waktu dalam perjalanan adalah main tebakan:
"Benda apa yang dibeli mahal tapi diinjak-injak?"
"Berapa jumlah roda mobil?"
"Siapa nama presiden Indonesia?"
"Benda apa yang belinya tidak boleh 1, tapi harus 2?"
"Siapa pencipta lagu Indonesia Raya?"
"Apa yang kita pegang di tangan kiri waktu kita makan?"

Main tebakan adalah sarana komunikasi dan mengajar yang menyenangkan untuk anak seperti Bhima yang senang sekali ngobrol.

Pertanyaan harus dari apa yang pernah dialami anak atau dapat dilihat anak saat itu juga. Anak hanya bisa menjawab hal-hal yang pernah dilihat atau dialaminya sendiri.
Pertanyaan tidak perlu susah-susah. Pertanyaan yang dapat dijawab anak dengan benar akan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Tapi pertanyaan tidak mungkin sama terus, harus selalu ditingkatkan sesuai perkembangan kemampuan berpikirnya. Kalau terlalu mudah, ia akan mudah bosan. Kalau terlalu susah, ia akan tertekan bahkan malas menjawab. Menemukan titik yang pas itu adalah seninya.
Apakah ada panduan pertanyaan yang cocok dengan usia anak? Mungkin ada, coba googling deh, tapi yang pasti karena sering main, kita akan mengenal seberapa jauh pengetahuan anak kita saat ini. Dan setiap kali bisa kita coba tingkatkan, seandainya terlalu sulit ya tinggal diturunkan lagi.

Awalnya saya memberikan 10 pertanyaan untuk Bhima, waktu ia bisa menjawab sebagian besar jawaban, kita rayakan bersama-sama dengan hore-hore, tepuk tangan, atau hadiah kerupuk :)
Lalu kemudian, saya membuat aturan baru yaitu bertanya gantian. Bapak bertanya, lalu gantian Bhima yang bertanya. Ini membuat permainan lebih seru, karena membuat pertanyaan itu lebih susah daripada sekadar menjawab. Dengan membuat pertanyaan, pertama-tama kita harus menentukan apa jawaban yang kita pilih, lalu kemudian membuat pertanyaan yang cocok dengan jawaban tersebut. Anak pada dasarnya belajar dari meniru orang di sekitarnya (kita, orangtuanya). Maka ia akan meniru model pertanyaan, misal saya bertanya "benda apa yang...." maka waktu dia bertanya pun akan diawali dengan "benda apa yang...." Sebagai orangtua, kita perlu juga sesekali menjawab salah atau pura-pura tidak tahu. Anak tidak meledek atau menghina, tapi memberikan jawaban yang benar. Saya percaya ini terjadi apabila kita mencontohkan hal itu (tidak meledek atau menghina) saat ia tidak bisa menjawab atau salah menjawab.

Hal yang menyenangkan dalam parenting (buat saya pribadi) adalah menyelipkan pengajaran dalam setiap hal. Waktu main tebakan, kita bisa bertanya seperti ini: "Setelah selesai makan, apa yang harus kita lakukan?" Jawaban yang kita harapkan adalah: bawa piring kotor ke dapur.
Dengan mengingat jawaban tersebut, kita sudah menyelipkan pesan (tidak berbentuk perintah) untuk melakukan hal itu. Kuncinya, jangan lupa pada saat sesudah anak selesai makan, diingatkan kembali untuk melakukan apa yang sudah diingatnya.

Selamat main tebakan :) Happy parenting!

Abadikan Kenangan di Sekolah Melalui Fotografi

Kenangan adalah bagian integral dari perjalanan pendidikan kita. Dari berbagi tawa dengan teman-teman sekelas, sampai penyelesaian studi dan...